Jadilah Orang Hidup Yang Hidup Bukan Orang Hidup Yang Mati. Jadilah Pula Orang Mati Yang Hidup Bukan Orang Mati Yang Mati.

edukonten. Diberdayakan oleh Blogger.

2011/05/16

Peran dan Fungsi Ekonomi Pendidikan

Peranan ekonomi dalam pendidikan cukup menentukan tetapi bukan sebagai pemegang peranan penting sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian dan ketrampilan pengelola guru-gurunya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya apabila pengelola dan guru-guru/dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam bidangnya dan memiliki ketrampilan yang cukup dalam melaksanakan tugasnya, memberi kemungkinan lembaga pendidikan akan sukses melaksanakan misinya walaupun dengan ekonomi yang tidak memadai.Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yang dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakn lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada hal-hal:
a. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti prasarana dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya.
b. Membiayai semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik telpon.
c. Membayar jasa dari segala kegiatan pendidikan.
d. Mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti; belajar hidup hemat.
e. Memenuhi kebutuhan dasar para personalia pendidikan.
f. Meningkatkan motivasi kerja.
g. Meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan.
Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada kewajiaban lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-sumber dana pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya:
a. Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya.
b. Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Kerja samanya dalam bidang penelitian, pengabdian pada masyarakat.
c. Membentuk pajak pendidikan. Program ini bisa dirancang bersama antara lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat.
d. Usaha-usaha lainya.
Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dibagi atas:
a. Dana rutin adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan rutin seperti gaji pendidikan pengabdian masyarakat, penelitian dan sebagainya.
b. Dana pembangunan, adalah dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan fisik diberbagai bidang, seperti; membangun prasarana dan sarana, alat belajar, media, dan kurikulum baru.
c. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
d. Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaanya untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
Didalam mengelola dan merencanakan sumber dana, maka ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan yaitu:
a. Perencanaan sacara tradisional, yaitu merencanakan masing-masing pendidikan maka masing masing pendidikan tersebut ditentukan biayanya.
b. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran): Pengaturan jenis-jenis kegiatan dalam pendidikan diatur dalam system, alokasi dana disusun berdasarkan realita, dan semua kegiatan ditujukan pada pencapaian target pendidikan.
c. ZBB (Zero Base Budgeting), hanya diatur untuk satu tahun anggaran. Dengan demikian dana pendidikan perlu dikelola secara profesional dengan SP4 dan dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pembelian yang sah.

Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia

Penelitian yang dilakukan oleh Jasin, dkk (1994, dalam Pidarta, 2007) dengan reponden para mahasiswa PGSD, S1, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, bandung, dan Surabaya mengemukakan beberapa hal, yakni:
1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran
2. Ilmu pendidikan kurang dikembangkan
3. Ilmu pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru
4. Belum jelas apakah ilmu pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan
5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja
Ilmu pendidikan yang bercorak Indonesia harus dikembangkan secara valid, dengan cara memikirkan dan merenungkan secara mendalam mengenai ilmu itu sendiri, budaya dan geografis Indonesia yang mewarnainya. Pemikiran dan perenungan yang mendalam itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat diterapkan di Indonesia. Kesimpulannya, untuk menemukan teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia pula.
Rumusan filsafat Indonesia akan mudah dibentuk apabila pemerintah memberikan perhatian lebih di dunia pendidikan. Upaya mendorong pemerintah untuk merumuskan filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan menjelang sidang umum MPR (Kompas, 27 Nopember 1992, dalam Pidarta, 2007), sebagai satu sumbangan untuk bahan sidang umum itu. Namun, GBHN 1993 sebagai produk sidang itu tidak mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan. Hal lain yang membuat sulitnya mengembangkan filsafat dan teori pendidikan, yakni adanya kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan.

2011/05/15

Masyarakat dan Sekolah

Semua golongan masyarakat telah menganggap bahwa pendidikan formal berada di sekolah. Sekolah merupakan tujuan bagi orang tua sebagai upaya untuk memberikan pendidikan kepada anak. Terdapat anggapan bahwa sekolah merupakan tempat pendidikan untuk seorang anak jika orang tua tersebut belum mampu untuk memberikan pendidikan umum kepada anak secara sempurna dan lengkap. Intinya sekolah merupakan rumah kedua bagi anak untuk mengenyam pendidikan.Disisi lain, ada juga orang tua yang tidak puas atau sudah kurang mempercayai lembaga sekolah sebagai sarana untuk pendidikan anak. Karena meskipun bersekolah, tetap saja banyak anak yang masih berada pada tingkat kenakalan dan rendahnya intelektual yang dimiliki. Dari anggapan yang seperti inilah kemudian timbul ide-ide baru di dalam dunia pendidikan yang lebih mengedepankan proses pembelajaran yang inovatif dan lokasi belajar yang bervariasi serta dimasukkanya materi pembelajaran tentang akhlak atau budi pekerti dalam kurikulum.
Beberapa kondisi di atas sudah menunjukkan bahwa lembaga pendidikan telah menjadi bagian dari masyarakat. Dimana ada kelompok masyarakat, disitu juga terdapat lembaga pendidikan baik yang swasta maupun negeri. Meskipun sekolah telah menjadi satu kesatuan dalam masyarakat, tetapi sekolah tersebut memiliki identitas sendiri sebagai lembaga pendidikan. Dalam hal ini sekolah tidak dibenarkan menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Sebaliknya sekolah juga tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, karena sekolah dapat dikatakan sebagai fasilitas bagi masyarakat.
Made Pidarta (2007: 178) memberikan ilustrasi bahwa sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak dibenarkan menjadi menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya.
Made Pidarta (2007: 178) juga memberikan ilustrasi bahwa hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dibayangkan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motifnya atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Motif-motif batik yang dituangkan di atas kain itu memberikan corak keindahan tertentu pada lembaran kain itu. Pola-pola gambar itu membuat batik itu menjadi meningkat kualitasnya dan bertambah tinggi harganya. Bayangkan manakala pola-pola gambar itu tidak berada di atas kain itu, maka pola itu akan berkurang artinya. Begitu juga batik tanpa pola yang menarik akan menjadi rendah mutunya di mata pembeli. Lembaga pendidikan merupakan bunga bagi masyarakat sekitarnya.

Kebudayaan dan Pendidikan

Terdapat beberapa pengertian dari kebudayaan yang kesemuanya menguraikan bahwa kebudayaan merupakan bagian menyeluruh dari kehidupan manusia yang kaitannya juga dengan hubungan antar manusia dan di dalamnya terkandung unsur pengetahuan yaitu berupa ilmu pengetahuan, kepercayaan yang dianut sebagai manusia yang beragama atau pun kepercayaan tanpa bentuk agama, seni yang merupakan ekspresi dari penciptaan ide-ide kreatif yang alamiah, hukum sebagai aturan-aturan yang diberlakukan dalam rangka mencapai ketertiban dan kedamaian, moral yang kaitannya dengan budi pekerti, adat yaitu kebiasaan-kebiasaan dalam kelompok tertentu dalam melaksanakan kegiatan kelompok masyarakat dalam kondisi dan keadaan tertentu. Semua unsur yang terkandung dalam kebudayaan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan hidup manusia.Pengertian dari kebudayaan dan perkembangan kebudayaan terkait di dalamnya beberapa komponen antara lain gagasan yang merupakan ide dari pola berfikir. Komponen ideologi berkaitan dengan kepercayaan, norma merupakan pelajaran tentang cara yang baik dalam berinteraksi kepada orang lain. Sehubungan dengan zaman, teknologi berperan sebagai fasilitas untuk menuju perkembangan dan persaingan global. Selain itu ada juga komponen benda yang merupakan media dari sebuah karya. Komponen kesenian masuk di dalam kebudayaan sebagai bentuk ekspresi dari karya cipta, rasa, dan karsa dan yang merupakan bentuk ekspresi dari individu atau dari kelompok masyarakat. Kesemuanya dilandasi dengan komponen ilmu sebagai landasan dari segala perbuatan serta perkembangan kemampuan dan keahlian manusia, serta kepandaian yang merupakan hasil dari pencapaian proses pembelajaran.

Sosiologi dan Pendidikan

Jika dipandang kaitannya dengan landasan pembelajaran, sosiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sosiologi adalah bidang ilmu yang melandasi hubungan antar manusia khususnya dalam konteks pembelajaran. Hubungan sosial dimulai dari individu kemudian interaksi antara individu. Hubungan sosial akan terus berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu tentang dunia yang ada di sekitar. Secara alamiah, setiap individu memiliki rasa ingin tahu tentang bagaimana hubungan sosial yang baik. Asrori (2007: 105) menjelaskan bahwa dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimana cara melakukan hubungan sosial secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial.Ada beberapa ciri yang nampak dalam kaitannya dengan sosiologi, beberapa ciri tersebut antara lain adalah ciri Empiris yang merupakan ciri utama dari sosiologi. Empiris mengandung pengertian bahwa sosiologi sebagai ilmu bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan. Ciri berikutnya adalah ciri Teoretis yaitu peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda. Ciri selanjutnya adalah ciri Komulatif. Ciri komulatif terbentuk sebagai akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, dan yang membuat teori-teori tersebut berkomulasi mengarah pada teori yang lebih baik. Dari bebarapa teori yang ada sebelumnya, teori Nonetis merupakan teori berikutnya yang menceritakan apa adanya tentang masyarakat dan individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hl itu baik atau buruk.
Bagian lain dari sosiologi yang merupakan bentuk perkembangan dan kebutuhan masyarakat adala sosiologi pendidikan. Sosiologi dan pendidikan atau sosiologi pendidikan tentunya membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Beberapa unsur yang menyebabkan sosiologi dan sosiologi pendidikan berkaitan erat adalah di dalam sosiologi pendidikan terjadi interaksi antara guru dan siswa, adanya dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah, terbentuknya struktur dan fungsi sistem pendidikan, serta adanya sistem-sistem masyarakat dan pengaruh terhadap pendidikan.

2011/05/14

Telaah Lingkungan Internal dan Eksternal

Telaah lingkungan internal dan eksternal merupakan analisis dalam bingkai SWOT. Telaah lingkungan internal dalam bingkai SWOT analisis merupakan uraian tentang dimensi kekuatan (S) dan kelemahan (W). Sedangkan telaah lingkungan eksternal merupakan uraian tentang dimensi peluang (O) dan ancaman (T). Akdon (2007, 111-112) memberikan penjelasan terhadap dua telaah diatas, diantaranya adalah:1. Kekuatan (Strength) adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif yang memungkinkan organisasi memenuhi keuntungan strategik dalam mencapai visi dan misi.
2. Kelemahan internal (Weakness) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang menghambat organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
Telaah lingkungan eksternal meliputi:
1. Peluang (opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif, yang membantu organisasi mencapai atau mampu melampaui pencapaian visi dan misi.
2. Tantangan/Ancaman (Threat) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif, yang dapat mengakibatkan organisasi gagal dalam mencapai visi dan misi.
Selanjutnya, secara lebih spesifik Akdon menjelaskan hal-hal yang perlu dicermati dalam telaah lingkungan internal dan eksternal.
Telaah lingkungan internal mencermati kekuatan dan kelemahan di lingkungan internal organisasi sendiri yang dapat dikelola manajemen meliputi antara lain:
1. Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya.
2. Sistem organisasi dalam mencapai efektivitas organisasi termasuk efektivitas komunikasi internal.
3. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk komposisi dan kualitas sumber daya manusianya.
4. Biaya operasional berikut sumber dananya.
5. Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja/misi organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini.
Telaah lingkungan eksternal mencermati peluang dan tantangan yang ada di lingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat dikelola manajemen) yang meliputi berbagai faktor yang dapat dikelompokkan dalam bidang/aspek:
1. Task Environment, secara langsung berinteraksi dan mempengaruhi organisasi seperti: Klien, Konsumen, Stakeholder, Pesan Pelanggan.
2. Social environment, pada umumnya terdiri dari beberapa elemen penting seperti ekonomi, teknologi, sosial budaya, politik, hukum, lingkungan hidup, ekologi, geografi.
a. Economic Environment, merupakan suatu kerawanan bagi kebanyakan organisasi, dan analisanya paling sulit dilakukan, karena menyangkut ekonomi tingkat nasional. Misalnya, masalah keuangan negara, tingkat inflasi, suku bunga, dan sebagainya.
b. Technological Environment, merupakan hal yang tidak kalah pentinganya dibandingkan dengan economic environment. Kemajuan teknologi yang sangat pesat pada saat ini menuntut organisasi untuk selalu mengikuti perubahan teknologi ini agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
c. Social Environment, menjadi yang paling penting dalam kehidupan organisasi karena menyangkut perilaku sosial dan nilai-nilai budaya (social attitutde and values). Transparansi/keterbukaan merupakan suatu tuntutan baru, terutama terhadap pemerintahan, sementara kritik masyarakat harus diperhatikan, dan adanya tuntutan akan peningkatan “quality of life” yang semakin gencar.
d. Ecological Environment, merupakan hal yang sangat sulit dianalisis. Identifikasi tentang kecenderungan dan peluang sangat sulit dilakukan, karena sangat tergantung pada kemapanan (maturity) lingkungan, belum ada suatu pembakuan yang telah disepakati bersama. Termasuk dalam ecological environment ini antara lain masalah polusi dan pencemaran lingkungan alam (fisik).
e. Political Environment, merupakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan bidang kegiatan organisasi, misalnya kebijakan perpajakan moneter, perizinan, yang mempunyai dampak jangka panjang pada efektivitas organisasi. Hal ini akan terasa pada organisasi yang bidang kegiatannya telah diatur oleh pemerintah (termasuk administrasi dan organisasi publik sebagai aparat pemerintah), karena organisasi ini akan tergantung pada kehidupan politik pemerintah.
f. Security Environment, terutama bagi indonesia masa kini merupakan aspek yang perlu dipertimbangkan dengan teliti. Masalah keamanan sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan kelangsungan suatu organisasi, terutama yang mempunyai kegiatan yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat. Demikian juga pada bidang geografi di mana organisasi berada, serta pesaing yang memiliki kegiatan dan usaha yang sama dengan organisasi sendiri.

Telaah Lingkungan Strategik

Aris Widodo menjelaskan pengertian analisis lingkungan stategis, bahwa analisis lingkungan strategis adalah menyusun asumsi-asumsi strategis dan mengujinya dengan visi dan misi organisasi untuk memperoleh faktor penentu keberhasilan. Sementara itu, akdon (2007:107) menjelaskan bahwa tujuan kegiatan telaah lingkungan adalah untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal organisasi dan memahami peluang dan tantangan eksternal organisasi sehingga organisasi dapat mengantisipasi perubahan-perubahan di masa yang akan datang. Dari dua penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan tetang pengertian telaah lingkungan strategik. Telaah lingkungan strategik adalah kegiatan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal organisasi serta memahami peluang dan tantangan eksternal, untuk kemudian menyusun asumsi-asumsi strategis dan mengujinya dengan visi-misi organisasi untuk memperoleh faktor penentu keberhasilan.LAN RI dalam Akdon (2007:107) menyebutkan beberapa manfaat dari telaah lingkungan strategik antara lain:
1. Mendeteksi perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa penting, khususnya berkaitan dengan bidang sosial, politik, ekonomi, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mendefinisikan tantangan, peluang atau perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa penting tersebut di atas, terhadap organisasi.
3. Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan kepada setiap jajaran pimpinan dan staf.
4. Memberikan sinyal kepada seluruh jajaran tentang apa yang harus diperbuat terhadap organisasi, seperti: mempercepat atau memperlambat proses manajemen, melakukan interaksi dengan instansi lalin, dan lainnya.
Aris Widodo menyebutkan contoh tujuan analisis lingkungan dari beberapa perusahaan, antara lain:
1. Untuk menyediakan kemampuan dalam menggapai masalah-masalah kritis dalam lingkungan bagi manajemen perusahan.
2. Untuk menyelidiki kondisi masa depan dari lingkungan organisasi dan kemudian mencoba masukkannya kedalam pengambilan keputusan organisasi.
3. Untuk mengenali masalah-masalah mendesak yang signifikan bagi perusahaan, dan memberikan prioritas terhadap masalah tersebut, serta mengembangkan sutau rencana untuk menanganinya.
Secara khusus, peran atau fungsi analisis llingkungan bagi tiap lembaga tentu saja berbeda-beda. Namun secara umum jika kita mengacu kepada pendapat Certo dan Peter sebagaimana yang diungkapkan oleh Aris Widodo, maka ada tiga peran utaman yang bisa ditemui sehari-hari, yaitu:
1. Policy-Oriented Role
Yaitu peran analisis yang berorientasi pada kepada kebijakan manajemen tingkat atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan.
2. Integrated Strategic Planning Role
Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan membuat manajemen tingkat atas dan manajer divisi menyadari segala isu yang terjadi di lingkungan perusahaan memiliki implikasi langsung pada proses perencanaan.
3. Function Oriented Role
Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan menyediakan infomasi lingkungan yang memberi perhatian pada efektivitas kinerja fungsi organisasi tertentu.
Bryson (dalam Akdon, 2007:108-111) menyebutkan beberapa langkah utama dalam telaah lingkungan strategik, yaitu:
1. Mengidentifikasi Sumber-sumber Untuk Melakukan Scanning
Langkah awal dalam telaah lingkungan adalah melakukan identifikasi berbagai sumber untuk melakukan telaah lingkungan strategik. Sumber-sumber ini pada dasarnya dibagi menjadi tiga level, yaitu task environment, industry/organization environment, serta macro environment. Lebih lanjut disebutkan bahwa task environment adalah sumber yang berkaitan dengan tugas-tugas (tugas pokok dan fungsi). Misalnya individu dalam organisasi, unit organisasi, kapasitas organisasi, serta struktur organisasi. Industry/organization environment berkaitan dengan berbagai organisasi lain yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya baik organisasi publik maupun privat. Macro environment merupakan level yang paling luas. Level ini meliputi sektor sosial, politik, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dapat memberikan pengaruh terhadap organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan mengetahui keberadaan sumber-sumber tersebut akan mempermudah langkah selanjutnya dari telaah lingkungan strategik yaitu scanning terhadap lingkungan internal dan eksternal.
2. Melakukan Scanning Terhadap Lingkungan Internal dan Eksternal
Sebelum suatu organisasi membuat rencana hari depan, organisasi itu harus menentukan di mana ia sekarang berada. Mekanisme yang digunakan untuk mengukur kondisi di dalam dan di luar organisasi dilakukan dengan jalan menjawab “di mana sekarang kita berada” hal itu merupakan penilaian internal dan eksternal organisasi. Inilah inti dari kegiatan scanning terhadap lingkungan internal dan eksternal. Penilaian internal dan eksternal adalah suatu telaah dan identifikasi tentang kondisi internal dan data eksternal, serta faktor yang mempengaruhi organisasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah identifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan organisasi yang merupakan hasil dari secanning lingkungan internal; dan dari lingkungan eksternal akan diperoleh identifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi.
3. Melakukan Analisis Untuk Menilai Hasil Scanning
Tahap ketiga dari kegiatan telaah lingkungan strategik adalah melakukan analisis terhadap hasil scanning. Hasil dari kegiatan tahap ini adalah penilaian terhadap hasil scanning. Penilalian biasanya difokuskan pada sisi input yang dibutuhkan serta output yang dikeluarkan oleh instansi. Pada sisi input umumnya berupa antara lain: anggaran yang dipergunakan oleh instansi, jumlah pegawai dan aspek lain. Sedangkan pada sisi output, umumnya berupa jumlah dan jenis produk atau jasa yang dihasilkan instansi, jumlah pelanggan yang harus dilayani, dan lainnya. Sementara dari lingkungan eksternal dapat dilakukan penentuan berbagai kejadian diluar instansi yang dapat memberikan pengaruh terhadap organisasi/instansi. Secara umum, kejadian-kejadian tersebut dapat digolongkan ke dalam kejadian yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi, politik, sosial, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah dan persaingan.
4. Merumuskan Hasil Scanning Untuk Keperluan Penentuan Action Plan
Dalam kegiatan penyusunan telaah lingkungan internal = PLI (SIE = Scanning Internal Environment) dan telaah lingkungan eksternal = PLE (SEE = Scanning Eksternal Environment) serta Kesimpulan Analisis Faktor Internal = KAFI (IFAS = Internal Factor Analysis Summary) dan Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal = KAFE (EFAS = Eksternal Factor Analysis Summary) harus berpedoman pada visi (Vision), Misi (Mission) dan nilai-nilai (Value) yang telah disepakati sebelumnya dan berlaku di lingkungan organisasi yang bersangkutan. Kesesuaian antara hasil scanning dengan visi, misi dan nilai dalam organisasi merupakan dasar dalam pembuatan action plan sehingga action plan dibuat sesuai dengan keberadaan organisasi.

2011/05/10

Pengertian Analisis Instruksional

Pengertian analisis instruksional menurut Dick & Carey (dalam Zuhairi, 2008) adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional, akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skills) yang diperlu¬kan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut Esseeff, P.J. analisis instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusu¬n desain instruksional atau guru untuk membantu mereka didalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai/dilaksanaan oleh siswa dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok.Merujuk pada dua pengertian di atas dapat didefenisikan kembali pengertian analisis instruksional, bahwa analisis instruksional merupakan proses menjabarkan perilaku umum ke perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Kedudukan perilaku khusus dilakukan lebih dahulu daripada perilaku lainnya karena sebagai perilaku prasyarat, yaitu perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul terlebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal.
Analisis instruksional dapat menggambarkan susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Jumlah dan susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melalui tahapan perilaku-perilaku khusus tertentu siswa dapat mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah disusun secara sistematis menuju perilaku umum bagaikan jalan yang singkat yang harus dilalui oleh para siswa untuk mencapai tujuannya dengan baik.