Siswa SMK Krian 1 Saat Melaksanakan Praktik Perkakas Tangan |
Ditinjau dari jenis peralatannya,
kikir merupakan alat teknik yang sumber tenaga utamanya berasal dari tenaga
manusia. Pelajaran ngikir ini
merupakan pekerjaan dasar/awal sebelum para siswa mengenal atau mengoperasikan peralatan
teknik lainnya. Perlatan teknik yang dimaksud adalah perlatan yang sumber
utamanya berasal dari listrik atau biasa disebut perkakas bertenaga. Contohnya mesin
Bubut, mesin frais, mesin gerinda, mesin CNC, dan lain sebagainya. Pada struktur
kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, pelajaran ngikir
memiliki porsi alokasi waktu sebanyak 180 Jam yang ditempuh dalam kurun
waktu satu tahun.
Pada modul PDTM yang
diterbitkan oleh CV. Putra Nugraha halaman 60, Siti Wahyuni menjelaskan cara mengoperasikan kikir. Menurutnya, cara
memegang kikir yang tepat adalah dengan tangan kanan pada tangkai kikir dengan
ibu jari tangan terletak di bagian atas daripada tangkai. Jempol tidak boleh
terlalu keras menekan pada tangkai kikir. Kikir digerakkan maju oleh tekanan telapak
tangan, karena pengaruh tekanan tangan kiri pada kikir. (Wahyuni, 2019: 60).
Bila ditinjau dari
segi filosofis pekerjaan ngikir pada pelajaran
PDTM memiliki pengertian Olah Raga dan Olah Jiwa. Ngikir merupakan pekerjaan
yang sumber tanaga utamanya menggunakan tangan, tanpa bantuan alat bertenaga
apapun selain tangan. Sudah barang tentu pekerjaan seperti ini akan menguras
tenaga. Gerakan yang dilakukan pun teratur dan terarah. Berkeringat? Pasti, bahkan
bukan hanya membuat berkeringat, ngikir juga bisa membuat perut tiba-tiba
menjadi lapar. Tak jarang anak-anak ketika waktunya pekerjaan ngikir selalu membawa bontotan dengan jumlah lebih banyak
daripada biasanya. Oleh karena itu pekerjaan ngikir ini bisa juga disebut
dengan Olah Raga. Capek? Tentu saja. Bahkan karena sangking capeknya tak jarang
rasa jengkel menyelimuti anak-anak. Ungkapan “pegel yo, gak mari-mari” menjadi gumam yang rutin diucapkan
anak-anak saat melaksanakan pekerjaan ngikir.
Bila emosi mereka tak terkendali, bisa pula keputusan ekstrim mereka lakukan
dengan menggerinda benda kerja sebagai ganti dari proses ngikir. Anak-anak pada
golongan ekstrim ini patut disayangkan, sebab pekerjaan ngikir itu justru memiliki nilai-nilai kesabaran, etos kerja,
semangat, dan kedisiplinan. Jiwa ditempa melalui proses pekerjaan ngikir. Ngikir adalah Olah Raga & Olah Jiwa.
(Pesan untuk anak-anak ku SMK Krian 1 Sidoarjo)