Manusia adalah makhluk
sosial. Manusia memiliki kemampuan untuk selalu beradaptasi dengan lingkungan
yang baru. Sebab manusia diciptakan dengan dilengkapi nafsu serta akal dan
fikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dalam pendekatan sosiologis,
manusia sebagai makhluk sosial diartikan sebagai sebuah konsep ideologis dimana
masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah organisme yang hidup.
Sebagai konsekusensi logis, maka manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
bergantung pada manusia lain atau lingkungan.
Sebagai makhluk sosial yang
selalu hidup bermasyarakat, manusia membutuhkan bekal yang berupa Ilmu. Dalam
portal Wikipedia Indonesia dijelaskan bahwa Ilmu adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Dari pengertian tersebut, jelas sekali bahwa
ilmu adalah modal utama bagi manusia untuk hidup bermasyarakat. Sebagai contoh,
saat kita mau bersosialisasi dengan masyarakat melalui media Sholat Berjamaah
maka kita harus tahu ilmunya Sholat berjamaah. Saat kita mau belanja di toko,
kita harus tahu ilmu berhitung. Dalam setiap lini kehidupan masyarakat nyaris
tidak bisa kita jalani tanpa Ilmu. Oleh karena itu kita harus berusaha keras
disertai dengan niat yang sungguh-sungguh untuk terus mencari ilmu sebagai
bekal kita dalam hidup bermasyarakat.
Ilmu yang kita pelajari
tentu menjadi tidak berguna tanpa kita amalkan. Ilmu sholat yang kita pelajari
di sekolah, di tempat mengaji/TPQ menjadi tidak berguna bila tak pernah kita
pergunakan untuk sholat. Ilmu matematika atau berhitung yang kita pelajari,
tentu tidak berguna bila kita tak pernah bertransaksi atau berbelanja. Dalam
kolom khazanah portal Republika.co.id dijelaskan bahwa amal merupakan
perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan jiwa. Bentuknya bisa berbagai
rupa, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun getaran hati. Ilmu dan amal
layaknya dua sisi mata uang yang tak
bisa dipisahkan. Berilmu butuh beramal, beramal pun butuh berilmu. Maka,
sebagai manusia marilah kita berilmu dan beramal.
Selain Ilmu dan Amal, ada
hal yang sangat penting lagi melebihi keduanya yaitu Adab. Portal Wikipedia
bahasa Indonesia menjelaskan bahwa Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan
santun yang didasarkan atas aturan agama. Adab selalu dipergunakan dalam
kehidupan bermasyarakat. Adab merupakan implementasi dari Akhlak atau Budi
Pekerti. Adab yang baik dihasilkan dari Akhlak yang baik pula. Islam sangat
menekankan pentingnya Adab dan Akhlak. Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan:
“Sesungguhnya diantara yang terbaik dari kalian adalah yang paling mulia
akhlaknya.” (HR. Bukhari no. 3559 dan
Muslim no. 2321). Bahkan, para ulama’ terdahulu lebih mementingkan agar
murid-muridnya belajar adab terlebih dahulu daripada belajar hal yang lain.
Imam Ibnu Qosim salah satu murid senior Imam Malik menyatakan "Aku telah
mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun
aku belajar adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu." (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 12).
Sebagai pelajar/murid
tentu saja kita harus mengedepankan Adab yang baik dalam bergaul. Adab kepada
Orang Tua, Guru, Teman, dan seluruh lingkungan sekolah. Hal ini menjadi sebuah
keniscayaan bila kita ingin ilmu yang kita plajari menjadi berkah dan
bermanfaat untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.
(Pesan untuk
anak-anakku Siswa SMK Krian 1 Sidoarjo)
0 komentar:
Posting Komentar