Jadilah Orang Hidup Yang Hidup Bukan Orang Hidup Yang Mati. Jadilah Pula Orang Mati Yang Hidup Bukan Orang Mati Yang Mati.

edukonten. Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label ilmu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu. Tampilkan semua postingan

2019/09/19

Ngikir: Olah Raga & Olah Jiwa

Siswa SMK Krian 1 Saat Melaksanakan Praktik Perkakas Tangan
Bagi siswa SMK Khususnya Jurusan Teknik Pemesinan kerja bangku bukanlah hal yang asing. Hal ini karena kerja bangku atau yang lebih sering disebut Ngikir adalah salah satu pelajaran yang ada pada Jurusan Teknik Pemesinan di SMK. Sebutan Ngikir ini cukup beralasan, sebab alat utama yang dipakai dalam pekerjaan Kerja Bangku adalah Kikir. Dewasa ini seiring dengan perkembangan kurikulum, Kerja Bangku diubah redaksi dan konsepnya menjadi PDTM (Pekerjaan Dasar Teknik Mesin). Pelajaran ngikir diberikan kepada siswa kelas X.

Ditinjau dari jenis peralatannya, kikir merupakan alat teknik yang sumber tenaga utamanya berasal dari tenaga manusia. Pelajaran ngikir ini merupakan pekerjaan dasar/awal sebelum para siswa mengenal atau mengoperasikan peralatan teknik lainnya. Perlatan teknik yang dimaksud adalah perlatan yang sumber utamanya berasal dari listrik atau biasa disebut perkakas bertenaga. Contohnya mesin Bubut, mesin frais, mesin gerinda, mesin CNC, dan lain sebagainya. Pada struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pelajaran ngikir memiliki porsi alokasi waktu sebanyak 180 Jam yang ditempuh dalam kurun waktu satu tahun.

Pada modul PDTM yang diterbitkan oleh CV. Putra Nugraha halaman 60, Siti Wahyuni menjelaskan  cara mengoperasikan kikir. Menurutnya, cara memegang kikir yang tepat adalah dengan tangan kanan pada tangkai kikir dengan ibu jari tangan terletak di bagian atas daripada tangkai. Jempol tidak boleh terlalu keras menekan pada tangkai kikir. Kikir digerakkan maju oleh tekanan telapak tangan, karena pengaruh tekanan tangan kiri pada kikir. (Wahyuni, 2019: 60).
Bila ditinjau dari segi filosofis pekerjaan ngikir pada pelajaran PDTM memiliki pengertian Olah Raga dan Olah Jiwa. Ngikir merupakan pekerjaan yang sumber tanaga utamanya menggunakan tangan, tanpa bantuan alat bertenaga apapun selain tangan. Sudah barang tentu pekerjaan seperti ini akan menguras tenaga. Gerakan yang dilakukan pun teratur dan terarah. Berkeringat? Pasti, bahkan bukan hanya membuat berkeringat, ngikir juga bisa membuat perut tiba-tiba menjadi lapar. Tak jarang anak-anak ketika waktunya pekerjaan ngikir selalu membawa bontotan dengan jumlah lebih banyak daripada biasanya. Oleh karena itu pekerjaan ngikir ini bisa juga disebut dengan Olah Raga. Capek? Tentu saja. Bahkan karena sangking capeknya tak jarang rasa jengkel menyelimuti anak-anak. Ungkapan “pegel yo, gak mari-mari” menjadi gumam yang rutin diucapkan anak-anak saat melaksanakan pekerjaan ngikir. Bila emosi mereka tak terkendali, bisa pula keputusan ekstrim mereka lakukan dengan menggerinda benda kerja sebagai ganti dari proses ngikir. Anak-anak pada golongan ekstrim ini patut disayangkan, sebab pekerjaan ngikir itu justru memiliki nilai-nilai kesabaran, etos kerja, semangat, dan kedisiplinan. Jiwa ditempa melalui proses pekerjaan ngikir. Ngikir adalah Olah Raga & Olah Jiwa.
(Pesan untuk anak-anak ku SMK Krian 1 Sidoarjo)

2019/09/18

Ilmu, Amal, dan Adab

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia memiliki kemampuan untuk selalu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Sebab manusia diciptakan dengan dilengkapi nafsu serta akal dan fikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Dalam pendekatan sosiologis, manusia sebagai makhluk sosial diartikan sebagai sebuah konsep ideologis dimana masyarakat atau struktur sosial dipandang sebagai sebuah organisme yang hidup. Sebagai konsekusensi logis, maka manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bergantung pada manusia lain atau lingkungan.

Sebagai makhluk sosial yang selalu hidup bermasyarakat, manusia membutuhkan bekal yang berupa Ilmu. Dalam portal Wikipedia Indonesia dijelaskan bahwa Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Dari pengertian tersebut, jelas sekali bahwa ilmu adalah modal utama bagi manusia untuk hidup bermasyarakat. Sebagai contoh, saat kita mau bersosialisasi dengan masyarakat melalui media Sholat Berjamaah maka kita harus tahu ilmunya Sholat berjamaah. Saat kita mau belanja di toko, kita harus tahu ilmu berhitung. Dalam setiap lini kehidupan masyarakat nyaris tidak bisa kita jalani tanpa Ilmu. Oleh karena itu kita harus berusaha keras disertai dengan niat yang sungguh-sungguh untuk terus mencari ilmu sebagai bekal kita dalam hidup bermasyarakat.

Ilmu yang kita pelajari tentu menjadi tidak berguna tanpa kita amalkan. Ilmu sholat yang kita pelajari di sekolah, di tempat mengaji/TPQ menjadi tidak berguna bila tak pernah kita pergunakan untuk sholat. Ilmu matematika atau berhitung yang kita pelajari, tentu tidak berguna bila kita tak pernah bertransaksi atau berbelanja. Dalam kolom khazanah portal Republika.co.id dijelaskan bahwa amal merupakan perwujudan dari sesuatu yang menjadi harapan jiwa. Bentuknya bisa berbagai rupa, baik berupa ucapan, perbuatan, maupun getaran hati. Ilmu dan amal layaknya dua sisi mata  uang yang tak bisa dipisahkan. Berilmu butuh beramal, beramal pun butuh berilmu. Maka, sebagai manusia marilah kita berilmu dan beramal.

Selain Ilmu dan Amal, ada hal yang sangat penting lagi melebihi keduanya yaitu Adab. Portal Wikipedia bahasa Indonesia menjelaskan bahwa Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama. Adab selalu dipergunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Adab merupakan implementasi dari Akhlak atau Budi Pekerti. Adab yang baik dihasilkan dari Akhlak yang baik pula. Islam sangat menekankan pentingnya Adab dan Akhlak. Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan: “Sesungguhnya diantara yang terbaik dari kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. Bukhari no. 3559 dan Muslim no. 2321). Bahkan, para ulama’ terdahulu lebih mementingkan agar murid-muridnya belajar adab terlebih dahulu daripada belajar hal yang lain. Imam Ibnu Qosim salah satu murid senior Imam Malik menyatakan "Aku telah mengabdi kepada Imam Malik bin Anas selama 20 tahun. Dari masa itu, 18 tahun aku belajar adab sedangkan sisanya 2 tahun untuk belajar ilmu." (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 12).

Sebagai pelajar/murid tentu saja kita harus mengedepankan Adab yang baik dalam bergaul. Adab kepada Orang Tua, Guru, Teman, dan seluruh lingkungan sekolah. Hal ini menjadi sebuah keniscayaan bila kita ingin ilmu yang kita plajari menjadi berkah dan bermanfaat untuk kebaikan di dunia dan di akhirat.

(Pesan untuk anak-anakku Siswa SMK Krian 1 Sidoarjo)