Jadilah Orang Hidup Yang Hidup Bukan Orang Hidup Yang Mati. Jadilah Pula Orang Mati Yang Hidup Bukan Orang Mati Yang Mati.

edukonten. Diberdayakan oleh Blogger.

2019/09/05

Pesan Sayyidina Ali Tentang Mencari Ilmu

Mencari ilmu hukumnya wajib bagi kaum muslim. Sebagaimana hadis berikut: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913). Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencari ilmu dalam setiap kesempatan. Apalagi bagi kita yang berstatus pelajar.
Dalam kitab Ta’lim Al Muta’allim oleh Syaikh Az-Zarnuji, Sayyidina Ali bernah berpesan: “Ingatlah! Engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan memenuhi enam syarat. Saya akan beritahukan keseluruhannya secara rinci. Yaitu: Kecerdasan,  kemauan,  sabar,  biaya, bimbingan guru dan waktu yang lama.” Enam pesan dari Sayyidina Ali itu bisa kita pedomani dalam rangka mencari ilmu.
1.      Kecerdasan
Kecerdasan ini bisa pula diartikan berakal sehat. Kecerdasan menjadi syarat pertama bagi seseorang untuk mencari ilmu. Yang dimaksud kecerdasan disini bukanlah orang yang memiliki IQ tinggi atau berketrampilan hebat, tapi setiap orang yang telah diberi akal fikiran oleh Alloh SWT.
2.      Kemauan/ketekunan
Meskipun seseorang telah memiliki kecerdasan, hendaknya ia juga membekali diri dengan kemauan/ketekunan yang kuat dalam mencari ilmu. Kemauan/ketekunan yang kuat ini biasanya diawali dari sebuah Niat yang kuat. Sebagai pelajar hendaknya kita meneguhkan Niat dan menguatkan kemauan/ketekunan untuk berangkat ke sekolah dalam rangka menunaikan kewajiban mencari Ilmu.
3.      Sabar
Sabar dalam menerima setiap materi yang diberikan oleh Bapak/Ibu Guru. Sabar dalam menjalani hari-hari di sekolah. Sabar dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Sabar dalam menjalani konsekuensi dari sebuah kesalahan. Semua ini harus kita lakukan sebagai pelajar. Belajar itu adalah sebuah proses. Proses penempaan diri menjadi lebih baik. Kita harus yakin bahwa buah dari kesabaran dalam menjalani proses tersebut akan kita petik dikemudian hari.
4.      Biaya/Modal
Hampir tidak bisa kita temui seseorang mencari ilmu tanpa modal/biaya. Biaya ini tidak semata-mata diartikan sebagai SPP, biaya ujian, dll. Bahkan seandainya kita bersekolah di sekolah yang GRATIS pun tetap akan memerlukan biaya. Baju yang kita pakai, sepatu, tas, buku, pulpen, dan sejenisnya adalah juga bagian dari modal/biaya yang harus kita keluarkan untuk mencari Ilmu. Uang untuk beli makan, minum, jajan, BBM, ongkos kendaraan umum adalah juga biaya yang harus kita keluarkan. Rasanya tidak mungkin kita mencari ilmu tanpa Biaya/Modal.
5.      Bimbingan Guru
Syaikh Abu Yazid al Bustamiy (wafat 261 H, seorang sufi bermadzhab Hanafi) mengatakan: “Barangsiapa tidak memiliki guru maka gurunya adalah syaithan.” (Tafsir Rûhul Bayân, 5/264). Meskipun kita bisa mempelajari sesuatu dari banyak media seperti internet, televisi, radio, majalah, dan banyak media lain. Kita tetap harus memiliki pembimbing/guru. Sebab seorang Guru disamping memberikan ilmu juga menanamkan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai inilah yang nantinya akan menjadi bekal kita untuk mengamalkan ilmu kita di jalan yang benar.
6.      Waktu yang Lama
Belajar sepanjang hayat atau lebih sering dikenal dengan “Life Long Learning” adalah ungkapan Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pengembangan Pendidikan. Ungkapan ini mungkin sesuai untuk menggambarkan bahwa Belajar atau mencari ilmu itu butuh waktu yang lama. Belajar atau mencari Ilmu harus kita lakukan secara terus menerus. Pada pendidikan formal belajar kita mulai sejak usia 5 tahun di TK, dilanjutkan sampai sekarang. Bahkan setelah lulus SMK nanti kita masih bisa melanjutkan belajar pada pendidikan Formal di perguruan tinggi. Namun, belajar atau mencari ilmu tidak hanya kita lakukan pada pendidikan formal saja. Belajar bisa melalui pendidikan Non formal seperti pondok pesantren, lembaga kursus. Bahkan belajar harus terus kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam pergaulan dengan teman, hidup bermasyarakat kita harus mampu belajar atau mencari ilmu dari nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat.

Teguhkan niatmu untuk selalu mencari Ilmu!!!

2019/09/01

Hari Terakhir Guru Menulis

Minggu, 1/9 adalah hari kedua dilaksanakannya Workshop Guru Menulis di SMK Krian 1 Sidoarjo. Kali ini narasumber yang hadir adalah Firma Zuhdi Al Fauzi wartawan Jawa Pos. Berkemeja putih dengan setelan celana Jeans dilengkapi sneakers berwarna merah maroon, ia lugas menyampaikan materi mengenai bagaimana cara menulis berita. Fauzi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa jenis-jenis berita terdiri dari:
1.    Straight News (berita langsung)
2.    Opinion News (Berita Opini)
3.    Interpretative News (Berita Interpretatif)
4.    Explanatory News (Berita Penjelasan)
5.    Depth News/Indepth News
6.    Investigative News (Berita Investigasi)
7.    Comprehensive News (Berita Komprehensif)
Kemudian ia melanjutkan penjelasannya bahwa salah satu cara dalam menulis berita adalah harus melakukan persiapan wawancara. Tahapan persiapan wawancara ini antara lain:
1.    Menentukan topik atau masalah
2.    Memahami masalah yang ditanyakan
3.    Menyiapkan pertanyaan
4.    Menentukan narasumber
5.    Membuat janji
Dua puluh lima orang guru yang kompak mengenakan kaos berwarna merah penuh semangat mendengarkan setiap paparan Laki-laki lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Malang ini. Seluruh peserta bersiap dengan laptop nya masing-masing. Mereka antusias mengerjakan apa yang ditugaskan oleh Fauzi. Kegiatan yang dimulai sekira pukul 08.40 di ruangan Laboratorim Axioo 3 SMK Krian 1 Sidoarjo ini akhirnya diakhiri pada pukul 10.30 oleh Fauzi.

2019/08/31

Semangat Menulis Kembali Digedor

Hari ini kembali lagi semangat menulis “digedor”. Setelah sekitar 5 tahun tertidur pulas dalam bungkus kemalasan. Doktor Tirto Adi, sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo adalah orang yang berhasil menggedor pintu kemalasan saya. Tokoh penggerak literasi yang menurut saya sangat hebat dalam dunia tulis menulis ini hadir dalam kesempatan kegiatan Workshop Guru Menulis yang diadakan oleh SMK Krian 1 Sidoarjo. Beliau menjadi narasumber dalam kegiatan ini. Sedangkan saya tentu saja masih tetap menjadi peserta dalam event tulis menulis, karena memang tak pernah pintar menulis, heee.
Menurut beliau ciri-ciri Guru Penggerak literasi adalah:
-          Kebiasaan membaca (reading habit)
Mulailah menyediakan waktu untuk membaca buku-buku non teks. Dan teruslah istiqomah untuk membaca. Sulit, pasti iya tapi tetap harus dilakukan agar semakin banyak referensi yang kita dapat.
-          Kebiasaan mencatat (note-taking habit)
Biasakan mencatat hal-hal penting yang kita dapat, baik dari apa yang kita baca atau dari apa yang kita lihat
-          Gemar belanja buku (ide)
Dengan gemar membaca buku artinya kita telah berusaha menghargai sebuah karya
-          Belajar/latihan
Mulailah menulis dari hal-hal yang disenangi. Biarkan mengalir saja apa yang perlu kita tulis, jangan terlalu berpikir baik tidaknya tulisan, karena tulisan yang baik itu dihasilkan dari berkali-kali latihan.
-          Ketekunan
Jangan pernah menyerah untuk terus berlatih
Sabtu, 31 Agustus 2019 sebagai salah satu Guru di SMK Krian 1 yang berkesempatan menjadi peserta workshop guru menulis saya sangat bersyukur. Sebab dari forum ini semangat untuk menulis dibangkitkan kembali. Setidaknya adalah semangat untuk menulis di Blog ini lagi. Semoga berikutnya bisa istiqomah.

2017/05/24

Demi Ikut UN, Puluhan Siswa SD Menyeberangi Lautan, Ortu Menginap

(jpnn.com) Sejumlah siswa SD di wilayah Distrik Segun, Kabupaten Sorong, Papua Barat, harus naik perahu menyeberangi derasnya gelombang lautan demi untuk mengikuti Ujian Nasional (UN)...