Jadilah Orang Hidup Yang Hidup Bukan Orang Hidup Yang Mati. Jadilah Pula Orang Mati Yang Hidup Bukan Orang Mati Yang Mati.

edukonten. Diberdayakan oleh Blogger.

2011/05/16

Peran dan Fungsi Ekonomi Pendidikan

Peranan ekonomi dalam pendidikan cukup menentukan tetapi bukan sebagai pemegang peranan penting sebab ada hal lain yang lebih menentukan hidup matinya dan maju mundurnya suatu lembaga pendidikan dibandingkan dengan ekonomi, yaitu dedikasi, keahlian dan ketrampilan pengelola guru-gurunya. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan suatu sekolah atau perguruan tinggi. Artinya apabila pengelola dan guru-guru/dosen-dosen memiliki dedikasi yang memadai, ahli dalam bidangnya dan memiliki ketrampilan yang cukup dalam melaksanakan tugasnya, memberi kemungkinan lembaga pendidikan akan sukses melaksanakan misinya walaupun dengan ekonomi yang tidak memadai.Fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran proses pendidikan bukan merupakan modal yang dikembangkan dan juga mendapatkan keuntungan yang berlimpah, disini peran ekonomi dalam sekolah juga merupakan salah satu bagian dari sumber pendidikan yang membuat anak mampu mengembangkan kognisi, afeksi, psikomotor untuk menjadi tenaga kerja yang handal dan mampu menciptakn lapangan kerja sendiri, memiliki etos kerja dan bisa hidup hemat. Selain sebagai penunjang proses pendidikan ekonomi pendidikan juga berfungsi sebagai materi pelajaran dalam masalah ekonomi dalam kehidupan manusia.
Dengan demikian kegunaan ekonomi dalam pendidikan terbatas pada hal-hal:
a. Untuk membeli keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti prasarana dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya.
b. Membiayai semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik telpon.
c. Membayar jasa dari segala kegiatan pendidikan.
d. Mengembangkan individu yang berperilaku ekonomi, seperti; belajar hidup hemat.
e. Memenuhi kebutuhan dasar para personalia pendidikan.
f. Meningkatkan motivasi kerja.
g. Meningkatkan gairah kerja para personalia pendidikan.
Dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas, oleh karena itu ada kewajiaban lembaga pendidikan untuk memperbanyak Sumber-sumber dana pendidikan yang mungkin bisa diperoleh di antaranya:
a. Dari pemerintah dalam bentuk proyek pembangunan, penelitian dan sebagainya.
b. Kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta maupun dunia usaha. Kerja samanya dalam bidang penelitian, pengabdian pada masyarakat.
c. Membentuk pajak pendidikan. Program ini bisa dirancang bersama antara lembaga pemerintah setempat dan masyarakat, dengan cara ini bukan saja orang tua siswa yang membayar dana pendidikan tetapi semua masyarakat.
d. Usaha-usaha lainya.
Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dibagi atas:
a. Dana rutin adalah dana yang dipakai untuk membiayai kegiatan rutin seperti gaji pendidikan pengabdian masyarakat, penelitian dan sebagainya.
b. Dana pembangunan, adalah dana yang dipakai untuk membiayai pembangunan fisik diberbagai bidang, seperti; membangun prasarana dan sarana, alat belajar, media, dan kurikulum baru.
c. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
d. Dana usaha lembaga sendiri yang penggunaanya untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan.
Didalam mengelola dan merencanakan sumber dana, maka ada tiga macam perencanaan biaya pendidikan yaitu:
a. Perencanaan sacara tradisional, yaitu merencanakan masing-masing pendidikan maka masing masing pendidikan tersebut ditentukan biayanya.
b. SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program Dan Penganggaran): Pengaturan jenis-jenis kegiatan dalam pendidikan diatur dalam system, alokasi dana disusun berdasarkan realita, dan semua kegiatan ditujukan pada pencapaian target pendidikan.
c. ZBB (Zero Base Budgeting), hanya diatur untuk satu tahun anggaran. Dengan demikian dana pendidikan perlu dikelola secara profesional dengan SP4 dan dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pembelian yang sah.

Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia

Penelitian yang dilakukan oleh Jasin, dkk (1994, dalam Pidarta, 2007) dengan reponden para mahasiswa PGSD, S1, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, bandung, dan Surabaya mengemukakan beberapa hal, yakni:
1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran
2. Ilmu pendidikan kurang dikembangkan
3. Ilmu pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru
4. Belum jelas apakah ilmu pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan
5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja
Ilmu pendidikan yang bercorak Indonesia harus dikembangkan secara valid, dengan cara memikirkan dan merenungkan secara mendalam mengenai ilmu itu sendiri, budaya dan geografis Indonesia yang mewarnainya. Pemikiran dan perenungan yang mendalam itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat diterapkan di Indonesia. Kesimpulannya, untuk menemukan teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia pula.
Rumusan filsafat Indonesia akan mudah dibentuk apabila pemerintah memberikan perhatian lebih di dunia pendidikan. Upaya mendorong pemerintah untuk merumuskan filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan menjelang sidang umum MPR (Kompas, 27 Nopember 1992, dalam Pidarta, 2007), sebagai satu sumbangan untuk bahan sidang umum itu. Namun, GBHN 1993 sebagai produk sidang itu tidak mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan. Hal lain yang membuat sulitnya mengembangkan filsafat dan teori pendidikan, yakni adanya kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan.

2011/05/15

Masyarakat dan Sekolah

Semua golongan masyarakat telah menganggap bahwa pendidikan formal berada di sekolah. Sekolah merupakan tujuan bagi orang tua sebagai upaya untuk memberikan pendidikan kepada anak. Terdapat anggapan bahwa sekolah merupakan tempat pendidikan untuk seorang anak jika orang tua tersebut belum mampu untuk memberikan pendidikan umum kepada anak secara sempurna dan lengkap. Intinya sekolah merupakan rumah kedua bagi anak untuk mengenyam pendidikan.Disisi lain, ada juga orang tua yang tidak puas atau sudah kurang mempercayai lembaga sekolah sebagai sarana untuk pendidikan anak. Karena meskipun bersekolah, tetap saja banyak anak yang masih berada pada tingkat kenakalan dan rendahnya intelektual yang dimiliki. Dari anggapan yang seperti inilah kemudian timbul ide-ide baru di dalam dunia pendidikan yang lebih mengedepankan proses pembelajaran yang inovatif dan lokasi belajar yang bervariasi serta dimasukkanya materi pembelajaran tentang akhlak atau budi pekerti dalam kurikulum.
Beberapa kondisi di atas sudah menunjukkan bahwa lembaga pendidikan telah menjadi bagian dari masyarakat. Dimana ada kelompok masyarakat, disitu juga terdapat lembaga pendidikan baik yang swasta maupun negeri. Meskipun sekolah telah menjadi satu kesatuan dalam masyarakat, tetapi sekolah tersebut memiliki identitas sendiri sebagai lembaga pendidikan. Dalam hal ini sekolah tidak dibenarkan menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Sebaliknya sekolah juga tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, karena sekolah dapat dikatakan sebagai fasilitas bagi masyarakat.
Made Pidarta (2007: 178) memberikan ilustrasi bahwa sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak dibenarkan menjadi menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya.
Made Pidarta (2007: 178) juga memberikan ilustrasi bahwa hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dibayangkan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motifnya atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Motif-motif batik yang dituangkan di atas kain itu memberikan corak keindahan tertentu pada lembaran kain itu. Pola-pola gambar itu membuat batik itu menjadi meningkat kualitasnya dan bertambah tinggi harganya. Bayangkan manakala pola-pola gambar itu tidak berada di atas kain itu, maka pola itu akan berkurang artinya. Begitu juga batik tanpa pola yang menarik akan menjadi rendah mutunya di mata pembeli. Lembaga pendidikan merupakan bunga bagi masyarakat sekitarnya.

Kebudayaan dan Pendidikan

Terdapat beberapa pengertian dari kebudayaan yang kesemuanya menguraikan bahwa kebudayaan merupakan bagian menyeluruh dari kehidupan manusia yang kaitannya juga dengan hubungan antar manusia dan di dalamnya terkandung unsur pengetahuan yaitu berupa ilmu pengetahuan, kepercayaan yang dianut sebagai manusia yang beragama atau pun kepercayaan tanpa bentuk agama, seni yang merupakan ekspresi dari penciptaan ide-ide kreatif yang alamiah, hukum sebagai aturan-aturan yang diberlakukan dalam rangka mencapai ketertiban dan kedamaian, moral yang kaitannya dengan budi pekerti, adat yaitu kebiasaan-kebiasaan dalam kelompok tertentu dalam melaksanakan kegiatan kelompok masyarakat dalam kondisi dan keadaan tertentu. Semua unsur yang terkandung dalam kebudayaan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan hidup manusia.Pengertian dari kebudayaan dan perkembangan kebudayaan terkait di dalamnya beberapa komponen antara lain gagasan yang merupakan ide dari pola berfikir. Komponen ideologi berkaitan dengan kepercayaan, norma merupakan pelajaran tentang cara yang baik dalam berinteraksi kepada orang lain. Sehubungan dengan zaman, teknologi berperan sebagai fasilitas untuk menuju perkembangan dan persaingan global. Selain itu ada juga komponen benda yang merupakan media dari sebuah karya. Komponen kesenian masuk di dalam kebudayaan sebagai bentuk ekspresi dari karya cipta, rasa, dan karsa dan yang merupakan bentuk ekspresi dari individu atau dari kelompok masyarakat. Kesemuanya dilandasi dengan komponen ilmu sebagai landasan dari segala perbuatan serta perkembangan kemampuan dan keahlian manusia, serta kepandaian yang merupakan hasil dari pencapaian proses pembelajaran.