Jadilah Orang Hidup Yang Hidup Bukan Orang Hidup Yang Mati. Jadilah Pula Orang Mati Yang Hidup Bukan Orang Mati Yang Mati.

edukonten. Diberdayakan oleh Blogger.

2011/05/14

Telaah Lingkungan Strategik

Aris Widodo menjelaskan pengertian analisis lingkungan stategis, bahwa analisis lingkungan strategis adalah menyusun asumsi-asumsi strategis dan mengujinya dengan visi dan misi organisasi untuk memperoleh faktor penentu keberhasilan. Sementara itu, akdon (2007:107) menjelaskan bahwa tujuan kegiatan telaah lingkungan adalah untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal organisasi dan memahami peluang dan tantangan eksternal organisasi sehingga organisasi dapat mengantisipasi perubahan-perubahan di masa yang akan datang. Dari dua penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan tetang pengertian telaah lingkungan strategik. Telaah lingkungan strategik adalah kegiatan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal organisasi serta memahami peluang dan tantangan eksternal, untuk kemudian menyusun asumsi-asumsi strategis dan mengujinya dengan visi-misi organisasi untuk memperoleh faktor penentu keberhasilan.LAN RI dalam Akdon (2007:107) menyebutkan beberapa manfaat dari telaah lingkungan strategik antara lain:
1. Mendeteksi perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa penting, khususnya berkaitan dengan bidang sosial, politik, ekonomi, dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mendefinisikan tantangan, peluang atau perubahan-perubahan yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa penting tersebut di atas, terhadap organisasi.
3. Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan kepada setiap jajaran pimpinan dan staf.
4. Memberikan sinyal kepada seluruh jajaran tentang apa yang harus diperbuat terhadap organisasi, seperti: mempercepat atau memperlambat proses manajemen, melakukan interaksi dengan instansi lalin, dan lainnya.
Aris Widodo menyebutkan contoh tujuan analisis lingkungan dari beberapa perusahaan, antara lain:
1. Untuk menyediakan kemampuan dalam menggapai masalah-masalah kritis dalam lingkungan bagi manajemen perusahan.
2. Untuk menyelidiki kondisi masa depan dari lingkungan organisasi dan kemudian mencoba masukkannya kedalam pengambilan keputusan organisasi.
3. Untuk mengenali masalah-masalah mendesak yang signifikan bagi perusahaan, dan memberikan prioritas terhadap masalah tersebut, serta mengembangkan sutau rencana untuk menanganinya.
Secara khusus, peran atau fungsi analisis llingkungan bagi tiap lembaga tentu saja berbeda-beda. Namun secara umum jika kita mengacu kepada pendapat Certo dan Peter sebagaimana yang diungkapkan oleh Aris Widodo, maka ada tiga peran utaman yang bisa ditemui sehari-hari, yaitu:
1. Policy-Oriented Role
Yaitu peran analisis yang berorientasi pada kepada kebijakan manajemen tingkat atas dan bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan memberikan informasi bagi manajemen tingkat atas tentang kecenderungan utama yang muncul dalam lingkungan.
2. Integrated Strategic Planning Role
Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan membuat manajemen tingkat atas dan manajer divisi menyadari segala isu yang terjadi di lingkungan perusahaan memiliki implikasi langsung pada proses perencanaan.
3. Function Oriented Role
Peran ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja organisasi dengan menyediakan infomasi lingkungan yang memberi perhatian pada efektivitas kinerja fungsi organisasi tertentu.
Bryson (dalam Akdon, 2007:108-111) menyebutkan beberapa langkah utama dalam telaah lingkungan strategik, yaitu:
1. Mengidentifikasi Sumber-sumber Untuk Melakukan Scanning
Langkah awal dalam telaah lingkungan adalah melakukan identifikasi berbagai sumber untuk melakukan telaah lingkungan strategik. Sumber-sumber ini pada dasarnya dibagi menjadi tiga level, yaitu task environment, industry/organization environment, serta macro environment. Lebih lanjut disebutkan bahwa task environment adalah sumber yang berkaitan dengan tugas-tugas (tugas pokok dan fungsi). Misalnya individu dalam organisasi, unit organisasi, kapasitas organisasi, serta struktur organisasi. Industry/organization environment berkaitan dengan berbagai organisasi lain yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya baik organisasi publik maupun privat. Macro environment merupakan level yang paling luas. Level ini meliputi sektor sosial, politik, ekonomi serta ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dapat memberikan pengaruh terhadap organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan mengetahui keberadaan sumber-sumber tersebut akan mempermudah langkah selanjutnya dari telaah lingkungan strategik yaitu scanning terhadap lingkungan internal dan eksternal.
2. Melakukan Scanning Terhadap Lingkungan Internal dan Eksternal
Sebelum suatu organisasi membuat rencana hari depan, organisasi itu harus menentukan di mana ia sekarang berada. Mekanisme yang digunakan untuk mengukur kondisi di dalam dan di luar organisasi dilakukan dengan jalan menjawab “di mana sekarang kita berada” hal itu merupakan penilaian internal dan eksternal organisasi. Inilah inti dari kegiatan scanning terhadap lingkungan internal dan eksternal. Penilaian internal dan eksternal adalah suatu telaah dan identifikasi tentang kondisi internal dan data eksternal, serta faktor yang mempengaruhi organisasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah identifikasi berbagai kekuatan dan kelemahan organisasi yang merupakan hasil dari secanning lingkungan internal; dan dari lingkungan eksternal akan diperoleh identifikasi peluang dan tantangan yang dihadapi organisasi.
3. Melakukan Analisis Untuk Menilai Hasil Scanning
Tahap ketiga dari kegiatan telaah lingkungan strategik adalah melakukan analisis terhadap hasil scanning. Hasil dari kegiatan tahap ini adalah penilaian terhadap hasil scanning. Penilalian biasanya difokuskan pada sisi input yang dibutuhkan serta output yang dikeluarkan oleh instansi. Pada sisi input umumnya berupa antara lain: anggaran yang dipergunakan oleh instansi, jumlah pegawai dan aspek lain. Sedangkan pada sisi output, umumnya berupa jumlah dan jenis produk atau jasa yang dihasilkan instansi, jumlah pelanggan yang harus dilayani, dan lainnya. Sementara dari lingkungan eksternal dapat dilakukan penentuan berbagai kejadian diluar instansi yang dapat memberikan pengaruh terhadap organisasi/instansi. Secara umum, kejadian-kejadian tersebut dapat digolongkan ke dalam kejadian yang berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi, politik, sosial, perkembangan teknologi, kebijakan pemerintah dan persaingan.
4. Merumuskan Hasil Scanning Untuk Keperluan Penentuan Action Plan
Dalam kegiatan penyusunan telaah lingkungan internal = PLI (SIE = Scanning Internal Environment) dan telaah lingkungan eksternal = PLE (SEE = Scanning Eksternal Environment) serta Kesimpulan Analisis Faktor Internal = KAFI (IFAS = Internal Factor Analysis Summary) dan Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal = KAFE (EFAS = Eksternal Factor Analysis Summary) harus berpedoman pada visi (Vision), Misi (Mission) dan nilai-nilai (Value) yang telah disepakati sebelumnya dan berlaku di lingkungan organisasi yang bersangkutan. Kesesuaian antara hasil scanning dengan visi, misi dan nilai dalam organisasi merupakan dasar dalam pembuatan action plan sehingga action plan dibuat sesuai dengan keberadaan organisasi.

2011/05/10

Pengertian Analisis Instruksional

Pengertian analisis instruksional menurut Dick & Carey (dalam Zuhairi, 2008) adalah suatu prosedur, yang apabila diterapkan pada suatu tujuan instruksional, akan menghasilkan suatu identifikasi kemampuan-kemampuan bawahan (sub ordinate skills) yang diperlu¬kan bagi siswa untuk mencapai tujuan instruksional. Sedangkan menurut Esseeff, P.J. analisis instruksional adalah suatu alat yang dipakai oleh para penyusu¬n desain instruksional atau guru untuk membantu mereka didalam mengidentifikasi setiap tugas pokok yang harus dikuasai/dilaksanaan oleh siswa dan sub tugas atau tugas dasar yang membantu siswa dalam menyelesaikan tugas pokok.Merujuk pada dua pengertian di atas dapat didefenisikan kembali pengertian analisis instruksional, bahwa analisis instruksional merupakan proses menjabarkan perilaku umum ke perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Kedudukan perilaku khusus dilakukan lebih dahulu daripada perilaku lainnya karena sebagai perilaku prasyarat, yaitu perilaku yang menurut urutan gerakan fisik berlangsung lebih dahulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul terlebih dahulu atau secara kronologis terjadi lebih awal.
Analisis instruksional dapat menggambarkan susunan perilaku khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Jumlah dan susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa perilaku umum yang tercantum dalam TIU dapat dicapai secara efektif dan efisien. Melalui tahapan perilaku-perilaku khusus tertentu siswa dapat mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah disusun secara sistematis menuju perilaku umum bagaikan jalan yang singkat yang harus dilalui oleh para siswa untuk mencapai tujuannya dengan baik.

2011/02/18

Guruku Bukan Guru

DR (HC) Ir. Ciputra dalam bukunya yang berjudul “Quantum Leap” menyampaikan fakta bahwa setiap tahun perguruan tinggi di Indonesia menghasilkan lebih dari 300.000 lulusan, namun daya serap lapangan kerja untuk mereka terlalu sedikit, sehingga pada bulan Februari 2007 terdapat lebih dari 740.000 lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Tanpa terobosan baru dalam bidang pendidikan, maka sekolah dan perguruan tinggi hanyalah akan menjadi “pabrik” penghasil pengangguran khususnya para pengangguran muda intelektual. Kondisi dan situasi seperti ini akan menjadi ancaman bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu, jika kita tidak dapat mengantisipasinya sedini mungkin.
Mengapa hal ini bisa terjadi di Indonesia? Jawabannya tentu bukanlah takdir ataupun garis hidup semata. Namun, fenomena tersebut terletak pada kegelisahan yang berakibat pada kegagalan generasi mudanya dalam menentukan cita-cita hidup dan visi hidupnya.
Sekolah merupakan institusi pendidikan yang berada di garda terdepan untuk mempersiapkan generasi muda dalam rangka pembangunan bangsa dan negara. Selain fungsinya mengemban amanah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sekolah merupakan salah satu lingkungan yang mempunyai peranan penting dan paling berpotensi untuk mengarahkan dan membimbing generasi muda untuk meraih cita-citanya di masa depan, tentunya hal ini harus sesuai dengan bakat minat dan kemampuan mereka.
Sekolah harus mampu memfasilitasi mereka dengan sarana prasarana yang memadai dan SDM yang berkualitas, agar setiap siswa mampu melihat sejauh mana potensi, bakat minat dan keahlian yang mereka miliki. Dengan harapan, sejak usia dini mereka telah memiliki cita-cita untuk masa depannya, untuk kemudian mereka berani menentukan jenis profesi apa yang sesuai dengan kemampuan mereka. Disamping itu, juga diperlukan peran aktif dan partisipasi dari semua elemen masyarakat dalam rangka pengembangan minat dan bakat siswa dalam rangka meraih cita-cita yang diharapkan dapat terwujud.
Pendidikan dengan orientasi yang baru harus mampu menjawab tantangan ini. Sekolah harus memberikan terobosan dan inovasi kepada siswa dalam hal memotivasi dan menginspirasi mereka dalam mengejar cita-citanya. Tidak hanya cerita, teori-teori maupun sekedar mimpi-mimpi belaka. Memotivasi dan menginspirasi mereka haruslah dalam bentuk yang nyata, konkret dan tervisualisasikan oleh seorang yang menjadi sumber inspirasinya untuk meraih cita-cita.
Berdasarkan latar belakang diatas, SD Pembangunan Jaya 2 Sidoarjo mempunyai inisiatif untuk mengadakan kegiatan puncak tema PROFESI yakni “Guruku Bukan Guru”, dengan mengambil tema “Your Profession is My Inspiration”. Untuk informasi selengkapnya tentang kegiatan ini silahkan kunjungi http://www.gurukubukanguru.co.cc

2011/01/29

2011 Hanya 0,98% Untuk Portofolio

Guru adalah profesi yang sangat mulia dan berharga. Ke depan, para guru dituntut harus benar-benar profesional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.
Pelaksanaan sertifikasi Guru dalam Jabatan untuk tahun 2011 akan mengalami banyak perubahan. Jalur portofolio yang semula mendominasi pola pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan akan mengalami penurunan kuota yang sangat drastis pada tahun ini. Berdasarkan paparan pada buku pedoman penetapan peserta sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2011 yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Profesi Pendidik, tercatat bahwa dari kuota sebanyak 45.938 guru di Jawa Timur yang akan disertifikasi, hanya 0,98% yang akan mengikuti pola portofolio, sedangkan 99,02% sisanya akan mengikuti pola PLPG. Artinya, hanya ada 451 guru dari 45.938 guru yang ada di jawa timur akan mengikuti sertifikasi dengan pola portofolio, sisanya yaitu sebanyak 45.487 akan melalui pola PLPG.
Selain itu, program sertifikasi guru dalam jabatan pada tahun ini juga akan melalui pola Pendidikan Profesi Guru (PPG). Namun, untuk sementara PPG hanya dilaksanakan bagi guru dalam jabatan, sedangkan untuk para calon guru direncanakan akan dilaksanakan pada tahun 2014. Sistemnya pun dilaksanakan menggunakan konsep semi ikatan dinas, sehingga para mahasiswa yang ikut PPG akan langsung memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP). Harus dipahami pula bahwa tidak semua lembaga pendidikan tinggi bisa menyelenggarakan PPG serta tidak semua Program Studi yang ada di Lembaga Pendidikan Tinggi mengadakan program PPG. Oleh karena itu, bagi para orang tua yang ingin menguliahkan putra/putrinya dan menginginkan agar putra/putrinya itu menjadi seorang guru, harus memahami betul informasi tentang PPG ini. Bagi para guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik atau sudah disertifikasi pun harus bertanggungjawab dengan terus menerus mengembangkan profesionalismenya sebagai tenaga pendidik. Pasalnya, ke depan direncanakan bagi para guru yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik akan dilakukan proses supervisi setiap tahunnya. Bagi guru yang tidak lulus dalam proses supervisi maka tunjangan profesinya tidak akan diberikan pada tahun berikutnya.