Jadilah Orang Hidup Yang Hidup Bukan Orang Hidup Yang Mati. Jadilah Pula Orang Mati Yang Hidup Bukan Orang Mati Yang Mati.

edukonten. Diberdayakan oleh Blogger.

2011/05/16

Upaya Mewujudkan Filsafat Pendidikan di Indonesia

Penelitian yang dilakukan oleh Jasin, dkk (1994, dalam Pidarta, 2007) dengan reponden para mahasiswa PGSD, S1, S2, dan S3 IKIP Jakarta dan para ahli pendidikan di Jakarta, bandung, dan Surabaya mengemukakan beberapa hal, yakni:
1. Belum jelas pengertian pendidikan dan pengajaran
2. Ilmu pendidikan kurang dikembangkan
3. Ilmu pendidikan kurang fungsional untuk menyiapkan para calon guru
4. Belum jelas apakah ilmu pendidikan merupakan ilmu dasar atau ilmu terapan
5. Struktur ilmu pendidikan kurang dikenal
6. Belum jelas apakah guru mendidik dan mengajar atau hanya mengajar saja
Ilmu pendidikan yang bercorak Indonesia harus dikembangkan secara valid, dengan cara memikirkan dan merenungkan secara mendalam mengenai ilmu itu sendiri, budaya dan geografis Indonesia yang mewarnainya. Pemikiran dan perenungan yang mendalam itu adalah filsafat yang khusus membahas pendidikan yang tepat diterapkan di Indonesia. Kesimpulannya, untuk menemukan teori-teori pendidikan yang bercorak Indonesia dibutuhkan terlebih dahulu rumusan filsafat pendidikan yang bercorak Indonesia pula.
Rumusan filsafat Indonesia akan mudah dibentuk apabila pemerintah memberikan perhatian lebih di dunia pendidikan. Upaya mendorong pemerintah untuk merumuskan filsafat pendidikan dan teori pendidikan yang bercorak Indonesia sudah pernah dilakukan menjelang sidang umum MPR (Kompas, 27 Nopember 1992, dalam Pidarta, 2007), sebagai satu sumbangan untuk bahan sidang umum itu. Namun, GBHN 1993 sebagai produk sidang itu tidak mencantumkan perlunya perumusan filsafat dan teori pendidikan. Hal lain yang membuat sulitnya mengembangkan filsafat dan teori pendidikan, yakni adanya kesulitan menjabarkan sila-sila Pancasila agar mudah diterapkan di lapangan.

2011/05/15

Masyarakat dan Sekolah

Semua golongan masyarakat telah menganggap bahwa pendidikan formal berada di sekolah. Sekolah merupakan tujuan bagi orang tua sebagai upaya untuk memberikan pendidikan kepada anak. Terdapat anggapan bahwa sekolah merupakan tempat pendidikan untuk seorang anak jika orang tua tersebut belum mampu untuk memberikan pendidikan umum kepada anak secara sempurna dan lengkap. Intinya sekolah merupakan rumah kedua bagi anak untuk mengenyam pendidikan.Disisi lain, ada juga orang tua yang tidak puas atau sudah kurang mempercayai lembaga sekolah sebagai sarana untuk pendidikan anak. Karena meskipun bersekolah, tetap saja banyak anak yang masih berada pada tingkat kenakalan dan rendahnya intelektual yang dimiliki. Dari anggapan yang seperti inilah kemudian timbul ide-ide baru di dalam dunia pendidikan yang lebih mengedepankan proses pembelajaran yang inovatif dan lokasi belajar yang bervariasi serta dimasukkanya materi pembelajaran tentang akhlak atau budi pekerti dalam kurikulum.
Beberapa kondisi di atas sudah menunjukkan bahwa lembaga pendidikan telah menjadi bagian dari masyarakat. Dimana ada kelompok masyarakat, disitu juga terdapat lembaga pendidikan baik yang swasta maupun negeri. Meskipun sekolah telah menjadi satu kesatuan dalam masyarakat, tetapi sekolah tersebut memiliki identitas sendiri sebagai lembaga pendidikan. Dalam hal ini sekolah tidak dibenarkan menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Sebaliknya sekolah juga tidak dibenarkan mengisolasi diri dari masyarakat, karena sekolah dapat dikatakan sebagai fasilitas bagi masyarakat.
Made Pidarta (2007: 178) memberikan ilustrasi bahwa sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak dibenarkan menjadi menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya.
Made Pidarta (2007: 178) juga memberikan ilustrasi bahwa hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dibayangkan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motifnya atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Motif-motif batik yang dituangkan di atas kain itu memberikan corak keindahan tertentu pada lembaran kain itu. Pola-pola gambar itu membuat batik itu menjadi meningkat kualitasnya dan bertambah tinggi harganya. Bayangkan manakala pola-pola gambar itu tidak berada di atas kain itu, maka pola itu akan berkurang artinya. Begitu juga batik tanpa pola yang menarik akan menjadi rendah mutunya di mata pembeli. Lembaga pendidikan merupakan bunga bagi masyarakat sekitarnya.

Kebudayaan dan Pendidikan

Terdapat beberapa pengertian dari kebudayaan yang kesemuanya menguraikan bahwa kebudayaan merupakan bagian menyeluruh dari kehidupan manusia yang kaitannya juga dengan hubungan antar manusia dan di dalamnya terkandung unsur pengetahuan yaitu berupa ilmu pengetahuan, kepercayaan yang dianut sebagai manusia yang beragama atau pun kepercayaan tanpa bentuk agama, seni yang merupakan ekspresi dari penciptaan ide-ide kreatif yang alamiah, hukum sebagai aturan-aturan yang diberlakukan dalam rangka mencapai ketertiban dan kedamaian, moral yang kaitannya dengan budi pekerti, adat yaitu kebiasaan-kebiasaan dalam kelompok tertentu dalam melaksanakan kegiatan kelompok masyarakat dalam kondisi dan keadaan tertentu. Semua unsur yang terkandung dalam kebudayaan akan terus berkembang seiring dengan perkembangan hidup manusia.Pengertian dari kebudayaan dan perkembangan kebudayaan terkait di dalamnya beberapa komponen antara lain gagasan yang merupakan ide dari pola berfikir. Komponen ideologi berkaitan dengan kepercayaan, norma merupakan pelajaran tentang cara yang baik dalam berinteraksi kepada orang lain. Sehubungan dengan zaman, teknologi berperan sebagai fasilitas untuk menuju perkembangan dan persaingan global. Selain itu ada juga komponen benda yang merupakan media dari sebuah karya. Komponen kesenian masuk di dalam kebudayaan sebagai bentuk ekspresi dari karya cipta, rasa, dan karsa dan yang merupakan bentuk ekspresi dari individu atau dari kelompok masyarakat. Kesemuanya dilandasi dengan komponen ilmu sebagai landasan dari segala perbuatan serta perkembangan kemampuan dan keahlian manusia, serta kepandaian yang merupakan hasil dari pencapaian proses pembelajaran.

Sosiologi dan Pendidikan

Jika dipandang kaitannya dengan landasan pembelajaran, sosiologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sosiologi adalah bidang ilmu yang melandasi hubungan antar manusia khususnya dalam konteks pembelajaran. Hubungan sosial dimulai dari individu kemudian interaksi antara individu. Hubungan sosial akan terus berkembang karena adanya dorongan rasa ingin tahu tentang dunia yang ada di sekitar. Secara alamiah, setiap individu memiliki rasa ingin tahu tentang bagaimana hubungan sosial yang baik. Asrori (2007: 105) menjelaskan bahwa dalam perkembangannya, setiap individu ingin tahu bagaimana cara melakukan hubungan sosial secara baik dan aman dengan dunia sekitarnya, baik yang bersifat fisik maupun sosial.Ada beberapa ciri yang nampak dalam kaitannya dengan sosiologi, beberapa ciri tersebut antara lain adalah ciri Empiris yang merupakan ciri utama dari sosiologi. Empiris mengandung pengertian bahwa sosiologi sebagai ilmu bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan. Ciri berikutnya adalah ciri Teoretis yaitu peningkatan fase penciptaan yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda. Ciri selanjutnya adalah ciri Komulatif. Ciri komulatif terbentuk sebagai akibat dari penciptaan terus menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, dan yang membuat teori-teori tersebut berkomulasi mengarah pada teori yang lebih baik. Dari bebarapa teori yang ada sebelumnya, teori Nonetis merupakan teori berikutnya yang menceritakan apa adanya tentang masyarakat dan individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hl itu baik atau buruk.
Bagian lain dari sosiologi yang merupakan bentuk perkembangan dan kebutuhan masyarakat adala sosiologi pendidikan. Sosiologi dan pendidikan atau sosiologi pendidikan tentunya membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Beberapa unsur yang menyebabkan sosiologi dan sosiologi pendidikan berkaitan erat adalah di dalam sosiologi pendidikan terjadi interaksi antara guru dan siswa, adanya dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah, terbentuknya struktur dan fungsi sistem pendidikan, serta adanya sistem-sistem masyarakat dan pengaruh terhadap pendidikan.